Akselerasi BUMN Dalam Implementasi Energi Hijau
Salah satu perusahaan milik negara tersebut adalaj PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). Perusahaan yang sukses menjalankan proses go public pada Februari 2023 ini berusaha meningkatkan kapasitasnya untuk produksi energi yang dibutuhkan wilayah layanannya. Pembangkit mereka tersebar di Jawa, Sumatra dan Sulawesi.
PGEO sebagai Anak usaha Pertamina, mencatat kinerja positif pada 2022. Emiten sektor panas bumi itu mencatatkan kenaikan laba bersih perusahaan sebesar 49,7% dibanding tahun 2021. Perusahaan mencatat laba bersih 2022 senilai US$ 127,3 juta (Rp 1,91 triliun) yang naik signifikan dari pencapaian 2021 senilai US$ 85 juta (Rp 1,27 triliun).
Sebagai bagian dari upaya PGEO untuk meningkatkan kapasitas terpasang sebesar 600 MW pada tahun 2027, saat ini PGEO sedang membangun PLTP Lumut Balai Unit 2 dengan kapasitas sebesar 55 MW yang direncanakan akan beroperasi secara komersial (Commercial Operation Date) pada akhir 2024. Selain itu, PGEO sudah menyelesaikan Front End Engineering Design (FEED) untuk fasilitas Fluid Collection and Reinjection System (FCRS). Tahap ini merupakan bagian dari proyek pembangunan PLTP Hulu Lais Unit 1 dan 2 dengan kapasitas terpasang sebesar 2 x 55 MW yang diharapkan beroperasi secara komersial (Comercial Operation Date) pada tahun 2026.
Disamping itu PGEO juga akan fokus optimalisasi aset panas bumi, salah satunya dengan meningkatkan kapasitas produksi melalui metode co-generation technology dengan memanfaatkan air panas (brine) yang ada untuk membangkitkan tenaga listrik. Teknologi ini sudah diimplementasikan pada PLTP Lahendong dengan memanfaatkan brine sisa produksi uap sebesar 700 KW.
Langkah besar PGEO ini tentu memerlukan dana investasi besar . Rencana investasi (capex) perusahaan dialokasikan sampai dengan US$ 1,6 milyar sampai 5 tahun ke depan . Rencana realisasi capex di 2023 sendiri sebesar US$ 250 juta . Sebagian pendanaan akan menggunakan dana hasil IPO yang berhasil meraup dana masyarakat sebesar lebih dari 9 trilyun rupiah.
Langkah progresif PGEO tentu menjadi angin segar bagi percepatan energi hijau di Indonesia . Adanya kesulitan pendanaan internasional terkait program JETP bisa diselesaikan secara bertahap oleh inisitaif seperti yang dikerjakan PGEO. Diharapkan inisiatif ini bisa diikuti oleh perusahaan penghasil EBT lainnya sehingga kemandirian implementasi energi hijau bisa terwujud.
Toto Pranoto – Dewan Pakar BUMNINC