Strategi Pertamina Hulu Mahakam Menghadapi Tantangan Migas yang Kian Berat
BUMNINC.COM l Pandemi COVID-19 juga membuat tantangan industri minyak dan gas kian berat. Mulai dari harga minyak yang rendah sejak awal 2020 sampai penurunan konsumsi BBM global. Bagi PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), unit bisnis PT Pertamina Hulu Indonesia, kondisi ini turut mempengaruhi aktivitas produksi, baik penundaan atau pembatalan proyek-proyek berupa belanja modal (capital expenditure) dan eksplorasi.
Hal ini disampaikan oleh General Manager PHM, Agus Amperianto yang baru diangkat menjadi GM pada Jumat (2/10/2020) oleh Direktur Utama PHE (upstream subholding), Budiman Parhusip.
Agus mengakui tantangan industri migas saat ini sangat berat. Namun, Agus bersama manajemen dan pekerja PHM harus optimistis bahwa dengan kerja keras, cost effective, serta team work yang mengedepankan aspek HSSE, masih ada harapan meningkatkan produksi dan cadangan.
“Kami akan fokus pada target perusahaan dengan zero LTI (loss time incident) dan memitigasi semua potensi hazard di area operasi sesuai arahan Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Bapak Budiman Pahursip dan Direktur PT Pertamina Hulu Indonesia Bapak Chalid Said Salim,” ujar Agus di Jakarta, Senin (5/10/2020).
Karenanya, menghadapi situasi menantang seperti saat ini, Agus menyiapkan sejumlah strategi jangka pendek sampai akhir 2020, dan jangka menengah periode 2021 sampai 2024.
Strategi tersebut adalah financial commercial & portfolio dengan cara efisiensi biaya peningkatan ekspor gas alam cair (LNG) dan sinergi dengan kilang pengolahan (refinery unit) untuk mengurangi impor elpiji. Di luar itu, Agus juga menyiapkan skenario peningkatan keekonomian blok.
Strategi berikutnya adalah resources & reserve management. Strategi peningkatan cadangan dan sumber daya dilakukan dengan cara meningkatkan reserve replacement ratio (RRR) dan memperpanjang reserve to production (R to P).
Dalam jangka panjang PHM juga menyiapkan pembentukan subsurface portfolio. “Skenario itu dilakukan melalui operation excellence dengan prinsip on target on budget on schedule on return (OTOBOSOR),” ujarnya.
Agus berharap dengan skenario jangka pendek kinerja PHM bisa mencapai target dalam RKAP. “Alhamdulillah, sepanjang Januari-September 2020, secara umum PHM dapat menjaga level produksi sesuai proyeksi,” ujarnya.
Hingga kuartal III 2020, PHM membukukan produksi gas 606 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 101 persen terhadap RKAP 2020 maupun RKAP Revisi 2020.
Sedangkan produksi minyak tercatat 29.600 barel per hari (BOPD) atau 104 persen dari target dalam RKAP 2020 dan 102 persen terhadap RKAP Revisi 2020. Sementara itu lifting gas hingga akhir September 2020 tercatat 585 MMSCFD atau 119 persen dari RKAP 2020 atau 103 persen dari RKAP Revisi 2020.
Lalu lifting minyak 28.300 BOPD atau 98 persen dari target dalam RKAP 2020 dan 97 persen RKAP Revisi 2020. Realisasi lifting gas PHM tersebut sejalan dengan target RKAP revisi berkat penambahan spot kargo pada Juni.
PT Pertamina Hulu Mahakam yang didirikan pada 29 Desember 2015 merupakan unit usaha PT Pertamina Hulu Indonesia dengan kepemilikan saham 99,93 persen dan sisanya 0,07 persen dimiliki PT Pertamina Pedeve Indonesia.
PHM melaksanakan kegiatan eksplorasi dan produksi pada wilayah kerja di Kalimantan Timur dengan tujuh lapangan produksi minyak dan gas, yaitu Tambora, Tunu, Sisi Nubi, Handil, Bekapai, Peciko, dan South Mahakam. Total sumber daya manusia yang bekerja di PHM sekitar 3.500 orang. []