Batan Perkenalkan TB Scan: Diagnosa Tuberkulosis Berbasis Nuklir
BUMNINC.COM | Tuberkulosis tetap perlu menjadi pantauan. Indonesia, sebagaimana semua negara di dunia, memang tengah dihembalang pandemi Covid-19. Tapi, jangan pernah memandang sebelah mata TB. Apalagi menganggapnya hanya ”penyakit masa lalu”.
Hingga saat ini, Indonesia berada di peringkat ketiga dunia dalam jumlah kasus TB. Cuma kalah oleh Tiongkok dan India, dua negara dengan jumlah penduduk terbanyak sejagat.
Untuk itu, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) ciptakan TB Scan. Yakni teknologi diagnosis penyakit tuberkulosis (TB) berbasis nuklir yang sudah mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Batan memperkenalkan inovasi tersebut kemarin (24/3/2021), bertepatan dengan peringatan Hari TB Sedunia.
”Ini yang pertama di Indonesia. Belum ada produk serupa, uniorisinal,” kata Direktur Registrasi Obat BPOM Lucia Rizka Andalusia.
Plt Kepala Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) Batan Muhayatun Santoso mengatakan, riset TB Scan yang dimulai sejak 2003.
“Riset terkait TB pasti menjadi kebutuhan di Indonesia,” ujarnya dalam telekonferensi langsung dari Bandung kemarin.
Ada dua material utama TB Scan: etambutol yang sejatinya obat TB dan bahan radioaktif TC-99m. Pada tahap awal dilakukan formulasi larutan etambutol dengan zat-zat tambahan berformula khusus.
Hasil larutannya ditempatkan dalam vial atau botol kecil, lalu dilakukan pengeringan beku atau liofilisasi. Hasilnya menjadi serbuk berkelir putih bersih. Botol kemudian ditutup rapat serta dipastikan bebas dari kuman. Sebab, serbuk etambutol tersebut akan diinjeksikan ke pasien TB.
Nah, sebelum diinjeksikan, serbuk etambutol itu dicampur dengan bahan radioaktif TC-99m yang berupa cairan. Setelah tercampur, baru disuntikkan ke pasien.
Dokter kemudian membaca hasilnya dengan bantuan kamera gama. Akan kelihatan konsentrasi etambutol di dalam tubuh pasien. Itu diketahui karena etambutol yang sudah diikat dengan bahan radioaktif TC-99m tersebut memancarkan sinar gama.
