Skenario BUMN Pasca Covid-19
BUMN masa depan
Saat ini, Indonesia memiliki sekitar 110 BUMN (sudah berkurang karena menjadi anggota holding) di mana kondisinya pareto. Laporan pada akhir 2019 menunjukan laba BUMN sebesar Rp189 triliun, dengan 15 BUMN sudah berkontribusi 73% dari total laba tersebut. Hal ini tentu memprihatinkan karena menunjukkan lemahnya produktivitas, efisiensi, dan kemampuan mencetak laba yang optimal.
Momen krisis Covid-19 ini bisa dipakai sebagai momentum perbaikan structural positioning BUMN. Sesuai tujuan pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan, energi, kesehatan, dan industri strategis, maka BUMN di sektor esensial tersebut patut dipertahankan. Di samping itu, perlu juga mempertahankan keberadaan BUMN yang bergerak dalam melayani hajat hidup orang banyak serta BUMN yang mampu bersaing dalam industri secara sehat. Jadi, matriks positioning BUMN didasarkan pada kebutuhan strategis dan daya saing serta tingkat kesehatan internal. BUMN yang masuk pada kategori sudah tidak strategis dan tidak sehat secara internal sebaiknya dilepaskan saja (likuidasi ) atau mereka diserahkan pengelolaannya kepada PPA untuk penyehatan . Dengan positioning baru ini, maka ke depan Indonesia akan memiliki BUMN dalam jumlah lebih sedikit, tetapi punya daya saing kuat, sehat, dan mampu membantu negara dalam aspek ketahanan nasional.
Dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden (Keppres) No. 40/M/2020 Tentang Pembentukan Tim Restrukturisasi BUMN, diharapkan program likuidasi BUMN yang tersendat sejak era Menteri Rini Soemarno bisa direalisasikan. Harapannya, komunikasi dengan pihak legislatif bisa berlangsung lancar sehingga program ini tidak lagi mandek. Langkah lain yang harus diperhatikan BUMN menyongsong masa depan pascapandemi Covid-19 adalah pemetaan cepat atas posisi saat ini dan memproyeksikan posisi masa depan (new normal) yang pasti akan berubah.
Konteks relasi masyarakat masa depan yang mengutamakan social distancing, komunikasi digital yang masif, pola work from home (WFH) yang mungkin akan diteruskan dengan working flexible space (WFS), serta perubahan lainnya yang harus diantisipasi segera. Dalam jangka pendek, tentu dengan mempertahankan bisnis melalui pelayanan yang disesuaikan pada era new normal. Dalam jangka panjang, berjuang mempertahankan sustainability BUMN dengan penguatan daya saing di berbagai sektor.
Survey yang dilakukan banyak konsultan international menunjukkan pentingnya go digital sebagai penyangga platform bisnis masa depan , terutama bisnis di sector jasa. Platform digital ini diharapkan mampu memberikan kecepatan dalam layanan kepada nasabah , engagement yang lebih erat karena customer experience journey yang lebih baik , sales productivity yang meningkat , proses data yang lebih efisien , serta tentunya cost reduction yang signifikan .
Kemampuan BUMN dalam melakukan langkah adaptasi cepat (agility) terhadap perubahan model bisnis juga akan menjadi pertaruhan di masa depan . Sebagai contoh di bisnis asuransi terjadi perubahan besar dimana pemain konvensional saat ini dihadapkan pada challenge masuknya giant big tech pada bisnis ini . Platform raksasa seperti Amazone , Tencent telah meraup jutaan nasabah asuransi lewat platform-nya. Lebih spesifit produsen mobil listrik seperti Tesla bahkan bisa menjual produk asuransi yang customized kepada kebutuhan pelanggannya yang tidak mudah diikuti oleh perusahaan asuransi konvensional. Perlu langkah antisipasi yang cepat. Keberadaan holding asuransi BUMN misalnya diharapkan bisa segera memberikan value creation bagi seluruh anggotanya
Perubahan cepat ini tentu membutuhkan culture framework yang tepat . Organisasi BUMN masa depan butuh kultur yang lebih fleksibel yang mengedepankan aspek learning ,purpose dan caring yang lebih kuat. Dibutuhkan leader yang strong dan berkarakter untuk memimpin transformasi BUMN yang dibutuhkan . Tentu kita tidak kekurangan sosok hebat tersebut karena di masa lalu kita juga pernah punya sosok seperti Robby Johan atau Ignasius Jonan . Mudah-mudahan program talent pool yang sekarang gencar dilaksanakan oleh KBUMN bisa menjawab dengan cepat kebutuhan tersebut.
Dalam skenario seperti di atas , maka harapan BUMN pasca covid yang lebih berdayasaing , punya agility , serta kinerja yang lebih baik bukan mimpi kosong . Tidak ada kata terlambat . Lets do it .