Pengamat: Penghentian Operasi PLTU Perlu Perhitungkan Benefit
BUMNINC.COM I Manajer Program Transformasi Energi dari Institute for Essential Services Reform (IESR) Deon Arinaldo menyatakan wacana “pemensiunan dini” atau penghentian operasi PLTU juga perlu perhitungan dari sisi benefit.
Menurut dia, Indonesia tidak bisa langung mempensiunkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu Bara menyusul sejumlah risiko yang dihadapi, termasuk biayanya yang sangat besar.
“Seluruh kalangan harus melihat solusi secara holistik dalam mempensiunkan PLTU. Pengutamaan benefit dalam solusi tersebut harus diperhitungkan agar pemenuhan energi sistem kelistrikan terjaga,” katanya melalui keterangannya di Jakarta, Rabu.
Pemerintah Indonesia, lanjutnya, sepakat untuk mempensiunkan PLTU batu bara dan beralih ke energi bersih, namun harus secara bertahap dan sesuai dengan kemampuan.
Dia mengungkapkan analisis dari lembaga kajian TransitionZero menyebutkan bahwa kebutuhan dana untuk mempensiunkan 118 PLTU batu bara di Indonesia cukup besar yakni 37 miliar dolar AS atau setara Rp569 triliun.
“Kita tidak bisa secara tiba-tiba mempensiunkan PLTU hanya atas dasar transisi energi. Terus yang menanggung (biaya) siapa?,” ujar Deon.