Perbedaan Kondisi Keuangan 2 BUMN Pengelola Bandara
BUMNINC.COM I Dua perusahaan BUMN pengelola bandara yaitu Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II memiliki kondisi keuangan yang berbeda.
Untuk informasi, Angkasa Pura I khusus mengelola bandara Indonesia bagian timur. Sedangkan Angkasa Pura II mengelola bandara Indonesia bagian barat.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin menyampaikan, keuangan perusahaannya dalam kondisi baik. Telebih, komposisi utang yang masih bisa dikendalikan.
“Masalah kondisi keuangan kami cukup beruntung komposisi utang masih kami bisa manage, jadi beberapa pembangunan bandara, terminal baru, runway, atau kapasitas bandara rata-rata sudah selesai sebelum pandemi. Sebagian Proyek strategis sudah selesai,” katanya usai Konferensi Pers di Jakarta, Senin 13 Desember 2021.
Di samping itu, telah terjadi peningkatan rasio pemulihan penumpang yang mencapai 68-70 persen jika dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi pada 2019 lalu.
“Komposisi dalam situasi normal soetta 74-78 domestik lalu 22-24 internasional. Dampaknya memang internasional border ditutup. Tapi kan 74-78 persen ini kan domestik. Padahal sekarang recovery rate sudah 70 persen. Berarti kan kita sudah akan, mudah-mudahan situasinya bisa kita pertahankan bagus, menembus ke batas 74-78 persen tidak lama lagi,” ujarnya.
Menurut Awaluddin, trafik domestik yang tinggi ini berbeda dengan bandara yang dikelola oleh AP I.
“Faktanya kita kuat di domestik. ini yang mungkin membantu, bebeda dengan Denpasar (bandara I Gusti Ngurah Rai dikelola AP I) yang memang secara rasio terbalik domestik dan internasional,” kata dia.
Selain itu, pihaknya mengaku melakukan upaya cost leadership secara maksimal dengan memotong pembiayaan yang dinilai tidak penting dan tidak mendesak.
“Kedua, cash management restrukturisasi dan konsep pendanaan yang lebih efektif dengan obligasi dan tenor lebih panjang. Dengan supplier kami lakukan supplier financing supaya proses lebih simple dan bunga yang menarik,” katanya.
“Kami juga melakukan capex cut sampai 91 persen pada saat pandemi realisasi Rp 712 miliar pada 2020. Kami lanjutkan ke tahun ini. kami tidak mengarah ke investment mode kami tunda. Mungkin baru 2023 2024 kami lakukan penyesuaian investasi baru,” imbuhnya.