Badan Pengelola BUMN Sebagai Cikal Bakal SuperHolding Company BUMN
BUMNINC.COM I Pengelolaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di beberapa negara memiliki karakteristik yang berbeda. Pada beberapa negara maju di mana kontribusi BUMN relatif sudah minimal dibandingkan sektor swasta maka pengelolaan perusahaan negara tersebut relatif secara birokrasi cukup sederhana.
Sementara di beberapa negara berkembang dan sedang bertumbuh (developing & emerging market) pengelolaan BUMN bervariasi. Terdapat model pengelolaan perusahaan negara berdasarkan birokrasi di mana BUMN bisa dibawah birokrasi Kementrian BUMN atau Kementrian Keuangan, seperti di Indonesia, Thailand atau Vietnam. Ada juga opsi di mana pengelolaan BUMN dibawah kendali sepenuhnya korporasi yang dimiliki negara, misal SuperHolding Khazanah di Malaysia. Atau juga model seperti China di mana pengelolaan BUMN dibawah Badan yang disebut State Asset Supervision & Administration Commission (SASAC) yang mengkombinasikan pengelolaan aset negara oleh professional dan birokrasi PKC.
Terdapat beberapa alasan kenapa bentuk kelembagaan pengelola BUMN ini bisa bervariasi. Bentuk kelembagaan dibawah birokrasi pemerintah biasanya dilandaskan pada realitas bahwa fungsi perusahaan negara bukan saja melakukan aktifitas komersial, namun juga melaksanakan kegaiatan yang bersifat public service obligation (PSO), sehingga koordinasi dibawah Kementrian dianggap akan lebih mudah dikoordinasikan.
Sementara model pengelolaan BUMN secara korporasi dengan dioperasikannya Holding Company seperti di Khzanah Malaysia atau Temasek di Singapura biasanya dilandasi filosofi bahwa bentuk kelembagaan korporasi akan lebih punya agility dan kecepatan pengambilan keputusan yang lebih baik. Hal ini diharapkan punya dampak pada kinerja perusahaan negara yang lebih baik.
Model pengelolaan BUMN di China agak unik di mana SASAC sebagai pengelola perusahaan negara menetapkan policy yang mengkombinasikan pengelolaan BUMN secara professional dan pengawasan melekat yang dikerjakan oleh birokrasi PKC yang biasanya diposisikan sebagai dewan pengawas BUMN tersebut. Model ini dianggap cukup progresif karena kemudian banyak BUMN di China yang muncul sebagai korporasi global yang mendominasi Fortune 100, seperti ICBC, State Grid, Sinopec dan beberapa perusahaan lain.