Kinerja Pertamina dan Harapan Pemulihan
PT Pertamina mencatatkan rugi bersih sebesar 767,92 juta dollar AS atau setara Rp 11,13 triliun pada semester I 2020. Padahal di periode yang sama 2019 silam, perusahaan migas pelat merah tersebut mencatatkan laba bersih senilai 659,96 juta dollar AS atau setara dengan Rp 9,56 triliun. Kerugian tersebut disebutkan terjadi akibat penurunan harga miinyak mentah dunia, penurunan konsumsi BBM di dalam negeri, serta pergerakan nilai tukar dollar AS yang berdampak pada rupiah
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan di Bisnis Indonesia edisi Senin (24/8/2020), Pertamina membukukan pendapatan sebesar US$20,48 miliar pada semester I/2020. Dibandingkan dengan pendapatan pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$25,46 miliar. Artinya sepanjang 6 bulan tahun ini jumlah pendapatan Pertamina menyusut 19,56 persen.
Laporan keuangan menunjukan perseroan hanya berhasil meningkatkan penjualan ekspor minyak mentah, gas bumi, dan produk minyak menjadi US$1,76 miliar. Jumlah ini naik 9,75 persen secara year-on -ear (yoy). Namun, nilainya tak signifikan untuk mengatrol total penjualan perseroan. Pasalnya, pos lainnya mengalami penurunan. Perinciannya pendapatan dalam negeri minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi, dan produk minyak sebagai kontributor terbesar, turun 19,82 persen menjadi US$16,56 miliar
Seiring penurunan pendapatan, Pertamina terlihat melakukan efisiensi dengan melakukan pemangkasan beban. Tercatat beban pokok penjualan dan beban langsung menyusut dari US$21,98 miliar menjadi US$18,87 miliar atau mencapai 14,13 persen yoy
Penurunan kinerja ini tdk bisa dihindarkan , seperti yang juga dialami banyak usaha sejenis dalam era pandemic ini . Hanya Saudi Aramco saja yang masih berkinerja positif . Sementara raksasa minyak lainnya seperti ExxonMobil, Total dan Shell sudah mengalami kinerja negatif. Bagi Pertamina kombinasi penurunan domestic demand , harga minyak dunia yg cenderung melemah dan fluktuasi kurs Rupiah dlm semester 1 menjadi penyebabnya. Meskipun upaya-upaya efisiensi telah dilakukan , namun penurunan delta biaya jauh lebih kecil dibandingkan penurunan delta revenue yg merosot tajam. Sehingga angka bottom line menjadi negatif.
Bagaimana situasi di akhir tahun 2020 ? Percepatan pembayaran kompensasi subsidi BBM dlm program PEN 2020 yg kemungkinan direalisasikan pada semester dua tahun ini diharapkan membantu perbaikan struktur revenue. Pemerintah sudah menganggarkan hampir Rp 40 trilyun untuk pembayaran subsidi BBM yang sudah dikeluarkan Pertamina.