Opsi Penyelamatan Flag Carrier Garuda Indonesia
Pertumbuhan pendapatan cargo sudah cukup menjanjikan meskipun absolute number masif relatif kecil. Bisnis angkutan kargo, pada November 2020 Garuda Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan kargo sebesar 12,2% dari Oktober 2020 lalu menjadi 24,6 ribu ton angkutan kargo. Saat ini GIAA tengah berupaya menggeser porsi pendapatannya dimana pendapatan kargo udara akan ditingkatkan menjadi 30 persen dari posisi sebelumnya sebesar 20 persen.
Sementara dari sisi upaya perampingan biaya, maka GIAA telah melakukan beberapa langkah strategis sekaligus. Salah satunya misalnya dengan perampingan armada. Saat ini GIAA memiliki 142 pesawat namun telah diputuskan bahwa GIAA kemungkinan akan beroperasi dengan tidak lebih dari 70 pesawat, Ini langkah besar untuk menurunkan operational cost, bukan saja dari sewa pesawat ke Lessor yang bisa dihemat namun juga biaya perawatan pesawat yang bisa diefisienkan. Langkah penghematan lain termasuk pengurangan SDM secara signifikan dengan upaya pension dini. Langkah yang tidak popular namun hampir dikerjakan oleh seluruh maskapai udara di dunia saat ini .
Upaya optimal sudah dikerjakan manajemen dalam masa krisis ini, namun posisi keuangan GIAA terus merosot tajam. Upaya apalagi yang dimungkinkan untuk penyelamatan GIAA ? Pemerintah telah mengeluarkan empat opsi, yaitu : (1) suntikan dana dari pemerintah ;(2) hukum perlindungan kepailitan ; (3)mendirikan maskapai baru ; (4) Likwidasi
Mana opsi pemerintah yang relatif possible ? Opsi pertama sudah jamak diambil banyak negara dalam menyelamatkan flag carrier-nya. Hampir semua flag carrier di regional (termasuk raksasa SQ dan Cathay Pasific) mendapat tambahan injeksi modal dari negara buat bertahan hidup. Bahkan Air Asia mendapatkan suntikan dana dari pemerintah Malaysia untuk bisa survive.
Dalam case GIAA , flag carrier ini sudah berstatus Tbk dan ada strategic investor lain diluar negara, maka opsi PMN keliatannya tidak dimungkinkan. Hanya opsi pinjaman modal kerja dari pemerintah yang bisa diberikan. Oleh karenanya GIAA harus mampu memperoleh alternatif financing lainnya. Misalnya dengan refinancing hutang jatuh tempo, maupun refinancing dari mitra pemasok (vendor).
Kecepatan disbursement pinjaman modal kerja dalam bentuk Obligasi Wajib Konversi (OWK) senilai 8,5 triliun dalam program PEN lewat PT SMI harus bisa dipercepat untuk membantu melonggarkan pengelolaan cash flow perusahaan saat ini. Disamping itu penambahan setoran modal dari strategic investor yang ada juga bisa dipertimbangkan.