BRI: Holding Ultra Mikro Perluas Akses Pendanaan Ke Masyarakat
Namun, ada tantangan berupa operational cost dan operational risk yang tinggi karena melibatkan orang banyak dan banyak tempat. Untuk itu, digitalisasi menjadi salah satu solusi untuk mewujudkan efisiensi.
“Dengan digital kita bisa menyelesaikan persoalan operational risk yang tinggi dan operational cost yang tinggi,” ujar Sunarso.
Pada 2018, terdapat 45 juta bisnis ultra mikro yang membutuhkan pembiayaan. Dari total tersebut, hanya 15 juta bisnis ultra mikro yang sudah terlayani oleh layanan keuangan formal, yang terdiri dari tiga juta bisnis UMi dilayani bank, tiga juta ke gadai atau pawn lending, enam juta ke group lending, 1,5 juta ke BPR dan 1,5 juta fintech.
Sementara, lima juta ultra mikro memenuhi kebutuhan pendanaan dari rentenir (loan shark) dan tujuh juta ke keluarga dan teman, sementara 18 juta tidak terlayani sama sekali.
“Di rentenir itu bunganya paling murah 100 persen di hitung tahunan dan sampai 500 persen setahun,” tuturnya.
Selanjutnya, berdasarkan riset terakhir, Sunarso mengatakan bisnis ultra mikro yang membutuhkan pembiayaan meningkat menjadi 48 juta. Dari total tersebut, yang sudah tersentuh oleh layanan keuangan formal juga naik dari 15 juta menjadi 34 juta bisnis ultra mikro.