BUMN yang kembangkan program strategis pemerintah patut dapatkan PMN
Seperti diketahui, Kementerian BUMN pada awal Juni mengusulkan PMN tunai kepada 10 perusahaan BUMN serta PNM Non-Tunai kepada 2 perusahaan BUMN. Nilai totalnya mencapai Rp73,26 triliun dalam RAPBN tahun 2023.
PMN terbesar akan disalurkan ke PT Hutama Karya (Persero) sebesar Rp30,56 triliun. PMN juga diberikan ke Holding Aviasi dan Pariwisata sebesar Rp9,5 triliun, kemudian, Holding BUMN Asuransi atau IFG menerima PMN sebesar Rp6 triliun untuk penugasan penjaminan kredit usaha rakyat (KUR) oleh PT Jamkrindo dan PT Askrindo.
KAI juga diusulkan mendapatkan BUMN Sebesar Rp4,1 triliun dan Holding BUMN pertahanan atau Defend ID sebesar Rp3 triliun, serta BUMN pangan atau ID Food mendapatkan PMN tunai sebesar Rp2 triliun.
PMN tunai senilai Rp10 triliun turut diusulkan untuk PLN, sedangkan Rp3 triliun suntikan modal diusulkan ke PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) untuk pengembangan usaha.
Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu menjelaskan bahwa PMN dibutuhkan perusahaan pelat merah di sektor reasuransi ini untuk memperkuat ekuitas. Peningkatan ekuitas akan memampukan perseroan meraih rating internasional sehingga mampu menjangkau pasar global.
Indonesia Re diharapkan bisa mengambil porsi premi dari luar negeri sebab saat ini terjadi defisit neraca berjalan di sektor asuransi. Kondisi itu disebabkan oleh aliran premi dari asuransi ke luar negeri lebih besar daripada premi yang masuk ke reasuransi dalam negeri.
“Indonesia Re sebagai Perusahaan Reasuransi Nasional [PRN] harus memperkuat ekuitas sebagai salah satu strategi untuk memperkuat kapasitas reasuransi dalam negeri,” ujarnya