Asa Menumbuhkan Korporasi BUMN Global
BUMNINC.COM I Upaya perbaikan daya saing BUMN telah menjadi hot issues yang terus diupayakan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir. Ini tentu tidak lepas dari berbagai upaya penguatan BUMN baik dari sisi penambahan kapital maupun perbaikan manajemen serta model bisnis yang telah dijalankan. Harapan publik bisa semakin tinggi apabila membandingkan kinerja BUMN di negara tetangga seperti Singapura (Temasek), Malaysia (Khazanah), dan SASAC (China) yang mampu menerobos jajaran korporasi elit global.
Jumlah BUMN pada akhir tahun 2020 adalah 107 BUMN dari jumlah semula 119 BUMN pada 2017. Pengurangan ini terjadi karena sebagian status BUMN telah berubah menjadi anak BUMN setelah terjadinya proses pembentukan Holding BUMN. Sepanjang 2017-2020 paling tidak telah terbentuk beberapa holding BUMN baru di sektor energi, pertambangan, serta jasa keuangan non bank. Pada 2019 kinerja BUMN relatif bergerak stagnan . Aset BUMN memang meningkat menjadi Rp 8.725 tilyun , sementara ekuitas meningkat menjadi Rp 2.670 triliun. Namun pencapaian Laba hanya mencapai Rp 141 triliun, dibandingkan pada tahun 2018 yang mencapai laba Rp 188 trilyun. Demikian juga realisasi capex hanya mencapai Rp 411 triliun.
Kondisi kinerja BUMN di 2020 tentu lebih memprihatinkan karena pengaruh pandemi Covid-19 yang menghancurkan kinerja dunia bisnis, termasuk BUMN. Hampir 90 persen BUMN terdampak kinerjanya karena pandemik ini. Nilai penjualan seluruh BUMN tahun 2020 diperkirakan mencapai angka sekitar Rp 1.200 T atau turun dari posisi penjualan tahun 2019 yang mencapai angka Rp 1.600 T. Demikian pula laba yang dicetak seluruh BUMN pada 2020 hanya mencapai angka sekitar Rp 28 triliun. Laba BUMN tahun 2020 melorot 77 persen dibandingkan pencapaian tahun 2019.